Rabu, 16 November 2011

Teknologi Sixth Sense

The complexity for minimum component costs has increased at a rate of roughly a factor of two per year. Certainly over the short term this rate can be expected to continue, if not to increase. Over the longer term, the rate of increase is a bit more uncertain, although there is no reason to believe it will not remain nearly constant for at least 10 years. That means by 1975, the number of components per integrated circuit for minimum cost will be 65,000. I believe that such a large circuit can be built on a single wafer.
Gordon E Moore--(Electronics, Volume 38, Number 8, April 19, 1965

Sulit dipercaya bahwa hingga saat ini, paper yang ditulis oleh Gordon Moore pada April 1965 menjadi inspirasi bagi industri semikonduktor dalam memproduksi transistor menjadi chip (IC). Dalam analisisnya, Moore menyatakan bahwa trend kemajuan teknologi industri perangkap keras (hardware) khususnya transistor meningkat dua kali dalam kurun 2 tahun. Bahkan dalam beberapa periode, trend peningkatan teknologi terjadi dalam kurun 18 bulan (1.5 tahun).
File:PPTMooresLawai.jpg
Peningkatan teknologi yang dimaksud adalah kapasitas transistor per area  meningkat dua kali dengan harga produksi yang sama setiap 2 tahun (atau 1.5 tahun). Artinya, bila diawal tahun 2008 kapasitas usb flash disk rata-rata 2 GB, maka diakhir 2009 kita akan memperoleh usb flash disk 4 GB (2009) dengan harga yang sama dengan 2 GB pada tahun 2008.
Kemampuan memperkecil ukuran transistor dalam chip berdampak pada ukuran dan kecepatan hardware. Pada tahun 1995, sebuah chip mikroprosesor hanya memiliki 9.3 juta transistor. Enam tahun kemudian (1999), chip mikroprosesor sudah memiliki lebih dari 40 juta transistor. Dan berdasarkan hukum Moore, maka pada tahun 2015 jumlah transistor mampu menempus 10 juta per chip mikroprosesor. Kecepatan frekuensi kerja transistor mungkin dapat mencapai 200-400 GHz.
Ketika perkembangan teknologi transistor semakin maju, maka ukuran perangkat-perangkat elektonik digital akan semakin kecil yan diiringin dengan perfomance yang tinggi. Bila ENIAC, komputer pertama yang hanya bisa operasi aritmatika denganukuran sebesar ruangan, maka dengan smartphone seukuran 1/2 telapak tangan, kita dapat mengerjakan operasi yang jauh lebih cepat dan kompleks. Dan tentu, perkembangan teknologi yang begitu pesat diikuti dengan aplikasi yang lebih dahsyat lagi. Salah satunya adalah teknologi sixth sense (indera ke-6).
Teknologi Sixth Sense
Sepintas teknologi sixth-sense tampak mengandung hal-hal mistis. Dengan teknologi ini, kita bisa tahu apa saja, informasi apapun (kecuali rahasia negara dan private) di dunia ini tanpa dibatasi ruang dan waktu. Melalui teknologi ini, kita yang berada di Batam serasa berpindah dari Bandung, lalu Bali dan kemudian Beijing atau New Delhi dalam hitungan menit. Melalui teknologi ini pula, kita tidak perlu membawa uang tunai atau membawa perangkat komunikasi ukuran besar (dibanding saat ini). Kita tidak perlu bertanya jalan atau informasi kepada orang lain, karena semua informasi dapat kita akses melalui sistem jaringan global. Kita tidak perlu lagi membawa kamera untuk memotret, namun cukup dengan gerakan tangan tertentu, kita sudah bisa memoto apapun lalu menyimpannya di database kita.
Perpaduan antara teknologi digital dan komunikasi manusia ini dikembangkan oleh Pranav Mistry, seorang mahasiswa IIT India yang melanjutkan studi master dan Ph.D di MIT USA.  Penemuan teknologi sixth sense ini membawa namanya terkenal dan dinobatkan sebagai “satu diantara 3 penemu terbaik di dunia dekade ini”.
Sixth sense technology merupakan teknologi yang menggunakan gerak tangan dan jari sebagai input dalam mengakses dan berinteraksi dengan data informasi global. Data informasi ini sebelumnya telah tersimpan secara partial untuk setiap objek fisik yang ada di dunia ini. Jauh sebelum teknologi sixth sense ini, input data harus melalui sebuah alat perantara seperti mouse, keyboard, keypad atau informasi optik. Lalu, beberapa tahun silam berkembang lagi teknologi touch screen. Jadi, jika boleh disimpulkan, teknologi sixth sense merupakan lompatan dari teknologi touch screen yang baru booming 3 tahun silam.
Dengan kapasitas chip yang dapat menampung banyak transistor diringi kecepatan pemrosesan data yang tinggi, maka teknologi sixth sense akan membuat kita semakin mudah mengarungi dunia tanpa batas. Melalui integrasi sixth sense ke data/informasi global, maka akses ‘internet’ beserta aplikasinya menjadi kebutuhan utama. Tentu saja, dengan tingkat kenyamanan yang begitu tinggi terhadap teknologi ini, maka ketergantungan data informasi akan semakin besar.
Ide “Sixth Sense”
Sejak lahir, indera kita merupakan bagian tubuh yang paling vital dalam berinteraksi dengan dunia (lingkungan). Ketika kita menemukan sesuatu atau seseorang, kita akan menggunakan panca indera kita untuk menerima informasi dari obyek tersebut, lalu diproses oleh otak. Setelah diproses dengan pertimbangan (memori sebelumnya), maka kita memutuskan tindakan selanjutnya berdasarkan pengolahan informasi yang kita terima (suara, gambar, bau, rasa, sentuhan). Dari keputusan yang telah diambil, maka otak akan memerintahkan tubuh untuk bertindak atau melakukan tindakan yang  sesuai dengan keputusan yang telah kita buat.
Keputusan yang kita ambil bisa benar atau bisa salah sangat tergantung pada dua faktor yakni si objek dan data referensi (memori, pandangan, sikap, doktrin, iman). Selain dua faktor utama tersebut, terdapat pula faktor ‘kebiasaan’ (temporary item/memory) yang sangat mempengaruhi keputusan yang akan kita buat. Namun, pada pembahasan ini, saya hanya akan membahas dua faktor utama yakni objek dan data. Bila salah satu diantara dua faktor ini tidak benar, maka keputusan yang kita buat sangat mungkin salah.
Berdasarkan prinsip sistem komunikasi indera pada manusia ini, maka dibuatlah rancangan sistem kerja digital hardware yang serupa. Aplikasi dari sistem ini pertama kali digunakan secara luas pada sistem internet yang menghimpun data, informasi dan pengetahuan manusia tentang apapun. Data dan informasi ini dapat diakses secara online kapanpun. Sebuah peralatan seperti komputer, laptop, PDA, ponsel dapat digunakan untuk memperoleh data informasi ini. Namun, penggunaan peralatan ini masih terbatas pada ‘manusia-mesin’.  Tidak ada hubungan interaksi secara langsung data dan informasi terhadap respons indera kita (kecuali jari-jari tangan yang mengetik). Output dari hasil ‘ketikan’ muncul di layar yang ‘mati’ (tidak interaktif).
Melihat ada gap antara manusia dan dunia digital informasi, maka manusia cerdas dari India, Pranav Mistry merancang sekaligus membuat peralatan dengan menggunakan teknologi yang disebut sixth-sense. Teknologi yang menghubungkan manusia dangan dunia informasi data secara erat dan ‘mesra’. Itulah alasan disebut sixth-sense. Melalui teknologi ini, maka kita seolah-olah berinteraksi, berbicara, bercanda gurau dengan ‘makhluk dunia baru” yakni informasi data digital.
Sixth sense menjembatani informasi digital yang “tidak ada” menjadi ‘ada’, dan menfasilitasi interaksi langsung kita dengan informasi/data melalui gerakan tangan yang alami (hand gestures).
Prinsip Kerja Sixth Sense
Perangkat dari teknologi sixth sense terdiri dari proyektor mini, cermin, dan kamera serta marker (penanda) berwarna. Perangkat ini dapat dikalungkan. Baik proyektor maupun kamera dihubungkan dengan ‘laptop/PDA” mini. Proyektor akan ‘menembak’ ke permukaan dan objek fisik untuk kemudian oleh kamera mengenali serta mengamati gerakan tangan dan obyek fisik. Dengan teknik simple computer-vision, data informasi pergerakan dan formula marker
akan memproses data video stream yang diambil oleh kamera. Sementara kamare akan terus mengikuti jejak pergerakan marker  (visual tracking fiducials) yang dipasang pada ujung 4 jari tangan.
Gerakan jari tangan (4 marker warna) dan formulasi/susunan tersebut lalu dibandingkan dengan informasi data yang tersimpan melalui simple computer-vision techniques, dan kemudian rangkain informasi yang diolah akan menjadi sumber input bagi ‘laptop/PDA” mini untuk mengambil kesimpulan. Kesimpulan ini lalu diproses dan outputnya akan ditampilkan melalui jendela proyektor mini.
Sampai saat ini, perangkat teknologi sixth sense baru dapat digunakan untuk aplikasi peta ‘sixth-sense’, pengambaran, dan interaksi pada objek tertentu (seperti buku, koran, dinding tertentu). Dibidang peta, kita dapat menge-zoom-in dan zoom-out hanya dengan gerakan tangan pada peta digital tersebut. Dari gerakan 4 jari tangan yang bermarker tersebut, maka kamera akan mengirimin informasi dan memerintahkan komputer mengeluarkan output melalui proyektor mini. Begitu juga halnya dalam aplikasi gambar digital.  Aplikasi lain adalah kemampuan memberi informasi lebih pada suatu objek yang sedang kita amati. Contohnya seperti pada gambar “isi koran” yang dapat memunculkan video yang berkaitan dengan isi koran tersebut. Dan terakhir adalah ketika tangan membuat lingkarnan pada pergelangan tangan, maka perangkat ini akan menampilan jam analog ‘ilusi’ pada pergelangan tangan.
***************
Dengan beriringnya waktu, teknologi sixth sense akan terus berkembang. Sampai suatu saat, visi microsoft 2019 benar-benar bisa terwujud dalam 10-15 tahun ke depan. Sekadar informasi, harga perangkat sixth-sense ini diperkirakan sekitar USD 350 atau sekitar Rp 3.5 juta.


credit: http://nusantaranews.wordpress.com/2009/11/30/apa-itu-teknologi-sixth-sense-indra-ke-6/

0 komentar:

Posting Komentar